Kamis, 07 Juni 2012

Proses penyebaran tarekat khalawatiya samman di sulawesi


Proses penyebaran tarekat khalawatiya samman di sulawesi
Berbicara mengenai proses penyebaran tarekat khalawatiyah samman sehingga sampai di indonesia,khususnya di sulawesi selatan.menurut data-data yang penulis peroleh dari penganut tarekat khalawatiya samman bahwa tarekat khalawatiya samman mulanya berkembang di madinah yang di pelopori  oleh syekh muhammad bin abd karim as-samman al-qadiri AL-khalawati al madani.masyur dengan sebutan nama muhammad samman,hidup di madinah sekitar abad ke 12 hijriah (tahun 1132-1189H)
Madrasah tasawwuf syekh muhammad samman di kunjungi oleh penuntut ilmu dari berbagai negri seperti indonesia.
H.Abu bakar aceh mengemukakan bahwa syekh samman adalah salah satu guru tarakat yang ternama di madinah.pengajarannya bayak di kunjungi  oleh orang-orang dari indonesiadi antaranya berasal dari aceh dan kalimantan.oleh kareana itu tarekatnya bayak tersiar di aceh dan kalimantan yang biasa di sebut tarekat sammaniyah.syekh Muhammad samman  wafat 1720M.sejarah hidupnya di bukukan oleh muridnya,dengan nama manaqib Tuan syekh muhammad samman ,di siarkan dan di baca dalam kalangan luas .
Murid-muridnya yang berasal dari indonesia di antaranya:
-Syekh Abdul samad al palembani
-Syekh Muhammad Arsad al banjari
-Syekh Abdul Wahhab al bugisi
-Syekh Abdul rahman masri betawi
Mereka inilah mula-mula menyiarkan dan mengembangkan tarekat khalawatiyah samman(sammaniyah)di indonesia.
Tarekat khalawatiyah samman masuk kesulawesi selatan pada tahun 1820M(1240H) di bawah oleh syekh abdillah AL munir dari sumbawa Nusa tenggara.Abdullah Al munir adalah orang bugis,asal keturunan bangsawan bone .Ayahnya adalah putra raja bone ke 21 La tammessonge’ yang bernama   la kassik petta ponggawae di bone,sedang ibunya bernama we Tenr I Abeng.
Sejak muda ,Abdillah AL munir merantau ke sumbawa.Disana ia berguru Kepada syekh H.Idris Bin Usman ,sedang gurunya ini  belajar pula dari syekh Siddiq Bin umar khan Al madani dan berguru pula kepada syekh Abdus samad Al palembani.kedua gurunya ini adalah murid dan khalifah dari Syekh Muhammad Samman Al qadiri Al khalawati Al madani.
Syekh Abdullah Al munir kawin dengan putri sulta sumbawa lalau Datuk Neloa,sehingga lahirlah putranya  yang kemudian menggantikannya menjadi khalifah  benama  Dea sehe Lalo pananrang Daeng Massese Syekh Muhammad Fudhail Wafat pada akhir abad ke 19M,Dan di kuburkan di jalan keramat (Barru).Ia di gantikan oleh putranya yang bernama Andi Mangngaweang Petta Bani,dengan gelar Syekh Abdul Gani Tajul Arifin.makamnya di samping makam syekh yusuf Tajul Khalwati di lakiung gowa sul-sel.
Syekh Muhammad Fudhail sudah mempesiapkan putranya melalui pendidikan Makrifah dan latihan Wirid serta budi pekerti yang terpuji bersama-sama dengan kadernya yang lain,seperti:
-Ahmad singkeru Rukka yang kemudian menjadi raja bone ke-28 bergelar Sultan Ahmad Bin Idris(1860-
  1871)
-I Mallingkaan Daeng yonri Karaeng Katangka yang kemudian jadi raja gowa ke 33(1893-1895M)
  Bergelar Sultan Idris.
-Petta Watang Lipu-e di soppeng di kenal petta Ambona La massalengke.
-Ishaq Manggabarani Karaeng mangngepe yang kemudian menjadi Arung matoa wajo ke 46 (1900-1961M)
-Guru lambeng di soppeng
-H.palopo  Syekh Abdur Razaq Bin Abdillah Bugis berasal dari bone.
 Diantara murid Syekh Muhammad Fudhail  yang terkenal dalam proses penyebaran Tarekat khalawatiyah samman adalah H.palopo syekh Abdur razaq yang telah di tunjuk oleh gurunya  menjadi khalifah.Syekh Abdur razaq memilih tempat penyebaran ajarannya di kampung Leppakomai  kecamatan maros.
Dalam masa khalifah Syekh Abdur razaq penyebaran tarekat khalawatiyah samman mencapai puncak popularitasnya,bahkan hampir di katakan bahwa tarekat ini hadir di tengah-tengah ummat islam pada setiap kabupaten di sulawesi selatan.Bahkan sampai saat ini leppakomai dan pattene menjadi pusat pengembanga tarekat khalawatiya samman.
Setelah Syekh Abdul ghani Tajul Arifin wafat,ia di gantikan Oleh kemanakannya yaitu Andi Pallajarang Petta Rukka dengan gelar Khalifah Syekh Abdus samad Asaddullah AL-Mas’uli,ia menetap di parangki maros sampai wafat dan berhasi mendidik murid yang bernama Ibarakka Daeng  Mallabang dengan gelar Khalifah Syekh Abubakri BIN Fihrin Tajul khalawati.Syekh inilah yang berjasa memperbayak kader dan khalifah yang menyebar luaskan tarekat khalawatiya samman di beberapa propinsi dalam wilayah indonesia.

Majelis Dzikir Syekh samman
Irsan bin Abd Rauf                                      

Sabtu, 02 Juni 2012

KAEDAH BERSULUK

KAEDAH BERSULUK
Thariqat paling afdhol: Thariqat Khalawatiyah
Syarat mengikuti Thariqat ahli sufi:
A. Bertaqwa (takut) kepada Allah;
dengan meninggalkan segala maksiat zahir dan batin serta meninggalkan ketaatan yang zahir dan batin.
B. Senjata;
Membanyakkan zikrullah untuk melenyapkan Nafsul Ammarah.
C. Kenderaan;
Himmah yakni bersungguh-sungguh tanpa lalai, lupa, malas, letih untuk mendapatkan ma’rifat allah dalam martabat muqarrabin.
D. Muallim menunjukkan jalan;
Guru mursyid yang menyucikan zahir batin hatinya.
E. Rakan yang ikut sama;
Dapat mengerjakan ratib, zikir dan bekerjasama dalam kebajikan.
F. Kewajipan;
Wajib jika mahu bersuluk mengetahui perkara yang wajib, mustahil dan harus bagi Allah swt sekadar yang Fardhu Ain.
Wajib mengetahui Ilmu Feqah sekadar yang Fardhu Ain.
Wajib mengamalkan segala Aurad dan Ratib Thariqatnya dengan lengkap dan sempurna.
Apabila ketinggalan hadir perhimpunan orang yang berzikir atau mempelajari ilmu bermanfaat hendaklah keji dirinya.
G. Wajib melakukan empat perkara;
1.Berlapar
Mengurangkan makan supaya menjaadi putih hatinya dan meringankannya serta hati menjadi lembut dan membukakan mata hati melihat Allah.
Abdal=Aulia dengan sebab : mengosongkan perut, berjaga malam, berdiam diri dan mengasingkan diri dari orang ramai.
2.Sahar (berjaga malam)
Hendaklah mengurangkan tidur dan membanyakkan melakukan ibadah bagi menerangkan hati. Banyak tidur menyebabkan hati menjadi keras, malap dan mati dari menerima hidayah.
3.Shamt (melazimkan berdiam diri)
Menahan lidah dari berkata-kata dengan perkara sia-sia dan menahan hati dari lintasan mengenai sesuatu.
Melazimkan berdiam diri akan mewarisi ma’rifat allah.
4.Al-Khalwah (Bersendiri)
Menjauhi orang ramai dan bersunyi sendirian dengan seluruh jasmani.
Menyelubungkan kepala dan memejamkan mata supaya khusyuk.
Berkhalwat disertai dengan berlapar, berjaga, berdiam diri tanpa berkata-kata,
maka lidahnya menuturkan kalimah ALLAh ALLAh atau LAA ILAA HA ILLALLAH atau menuturkan zikir yang ditalkinkan syeikhnya.
Diulang-ulang zikir dengan lidah, ia sampaikan pada hati. Kemudian lidah diam, berzikirlah di hati sehingga semata-mata kerana ingat Allah. Ketika itu terjadilah syuhud kepada Dzat Allah.
inilah kemuncak martabat Arifin dan Muqarrabin. Apabila di dalam khalwatnya nampak sesuatu datang janganlah dihiraukan dan hendaklah semata-mata ingat kepada Allah swt.
Orang yang berkhalwat sayugialah tidak mengamal ibadat yang lain daripada zikrullah kecuali solat lima waktu, solat sunat Ratibah dan solat dua rakaat wuduk.
Hendaklah bertalqin kepada Imam Ghazali, menghadir zikir tuhannya dengan menghayal jisim Nabi dalam hati, menggambar dalam hati rupa Imam Ghazali dan rupa syeikhnya siang dan malam.
Syarat khaifiat berkhalwat dan adabnya di dalam kitab Nafahatul Ilahiyah Fi Suluk At-Thariqah Al-Muhammadiyah oleh Syeikh Hunna Muhammad As-Samman.
Nota:
Ilmu Thariqat itu memada diketahui dan di amalkan mengikut apa yang terkandung di dalam kitab Minhajul Abidin karangan Imam Ghazali.
*Wahai orang yang mahukan kemenangan di akhirat,
Sifat keji dan perangai yang buruk di dalam hati itu ialah penyakit-penyakit dalam hati
yang hendaklah di ubati bersungguh-sungguh seperti mengubati penyakit zahir di tubuh badan.
Penyakit zahir tidak akan sembuh melainkan dengan mendapat ubat dari doktor atau tabib yang mahir dan biasa mengubati penyakit tersebut, Maka begitulah juga halnya penyakit hati tidak akan sembuh melainkan mengetahui Ilmu Thariqat yang memberi manfaat dan Ilmu Syari’at, Dengan permulaan perjalanannya bertaubat dari segala maksiat yang zahir dan batin dan belajar Ilmu Usuluddin setakat yang Fardhu Ain.
Keterangan mengenai jalan ke arah mendidik akhlak ada terdapat dari kitab Siyarus Salikin juz3.

FAEDAH-FAEDAH DZIKIR


FAEDAH-FAEDAH DZIKIR


1.             Mewujudkan tanda baik sangka kepada Allah
2.            Menghasilkan rahmat dan ‘inayat Allah
3.            Memperoleh sebutan dari Allah dihadapan hamba-hamba yang pilihan
4.            Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah
5.            Melepaskan diri dari ‘adzab
6.            Memelihara diri dari wiswas syaitan khannas dan membenteng diri dari ma’siat
7.            Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat
8.            Menyampaikan kepada derajat yang tinggi disisi Allah
9.            Memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa
10.         Menghasilkan tegaknya suatu rangka dari Iman dan Islam
11.          Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan di hari qiamat
12.         Melepaskan diri dari sesalan
13.         Memperoleh penjagaan dan pengawalan dari para malaikat
14.         Menyebabkan allah bertanya kepada para malaikat yang menjadi utusan Allah tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu
15.         Menyebabkan berbahagiannya orang-orang yang duduk bersama orang yang berdzikir
16.         Menyebabkan dipandang ahlul ikhsan, orang-orang yang berbahagia dan pengumpul kebajikan
17.         Menghasilkan ampunan dan keredhaan Allah
18.         Menyebabkan terlepas dari suatu pintu fasiq dan durhaka
19.         Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh disisi Allah
20.        Menyebabkan para Nabi-Nabi dan orang-orang mujahidin menyukai dan mengasihi

MANAQIB SYAIKH SAMMAN OLEH ABAH GURU SEKUMPUL


SAYYIDI SYAIKH AHMAD BADAWI


Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang dan malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Sjech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi : “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan secara Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera menemui Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi Ahmad Al badawi.
Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).
Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”.
Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya.
Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah Nabiyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,” Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa emberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-haraman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi.
Memang benar, tak lama kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga jumlahnya.
Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi.
Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi, beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan,”Seandainya keajaiban atau keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya. Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro. Demikianlah sekelumit manakib Sayyidi Ahmad Al Badawi disajikan kehadapan pembaca, untuk dapat diambil hikmahnya, DUSTUR YA SAYYIDI AHMAD AL BADAWI (Dian Sag)

SEKILAS TENTANG DZIKIR


Dzikir itu bermacam-macam. Sedangkan Yang Didzikir hanyalah Satu, dan tidak terbatas. Ahli dzikir adalah kekasih-kekasih Allah. Maka dari segi kedisiplinan terbagi menjadi tiga:
Dzikir Jaly
Dzikir Khafy
Dzikir HaqiqiDzikir Jaly (bersuara), dilakukan oleh para pemula, yaitu Dzikir Lisan yang mengapresiasikan syukur, puhjian, pebngagungan nikmat serta menjaga janji dan kebajikannya, dengan lipatan sepuluh kali hingga tujuh puluh.Dzikir Batin Khafy (tersembunyi) bagi kaum wali, yaitu dzikir
dengan rahasia qalbu tanpa sedikit pun berhenti. Disamping terus menerus baqa' dalam musyahadah melalui musyahadah kehadiran jiwa dan kebajikannya, dengan lipatan tujuh puluh hingga tujuh ratus kali.
Dzikir Haqiqi yang kamil (sempurna) bagi Ahlun-Nihayah (mereka yang sudah sampai di hadapan Allah swt,) yaitu Dzikirnya Ruh melalui Penyaksian Allah swt, terhadap si hamba. Ia terbebaskan dari penyaksian atas dzikirnya melalui baqa'nya Allah swt, dengan symbol, hikmah dan kebajikannya mulai dari tujuh ratus kali lipat sampai tiada hingga. Karena dalam musyahadah itu terjadi fana', tiada kelezatan di sana.

Ruh di sini merupakan wilayah Dzikir Dzat, dan Qalbu adalah wilayah Dzikir Sifat, sedangkan Lisan adalah wilayah Dzikir kebiasaan umum. Mananakala Dzikir Ruh benar, akan menyemai Qalbu, dan Qalbu hanya mengingat Kharisma Dzat, di dalamnya ada isyarat perwujudan hakikat melalui fana'. Di dalamnya ada rasa memancar melalui rasa dekatNya.

Begitu juga, bila Dzikir Qalbu benar, lisan terdiam, hilang dari ucapannya, dan itul;ah Dzikir terhadap panji-panji dan kenikmatan sebagai pengaruh dari Sifat. Di dalamnya ada isyarat tarikanpada sesuatu tersisa di bawah fana' dan rasa pelipatgandaan qabul dan pengungkapan-pengungkapan.

Manakala qalbu alpa dari dzikir lisan baru menerima dzikir sebagaimana biasa.

Masing-masing setiap ragam dzikir ini ada ancamannya.
Ancaman bagi Dzikir Ruh adalah melihat rahasia qalbunya. Dan ancaman Dzikir Qalbu adalah melihat adanya nafsu dibaliknya. Sedangkan ancaman Dzikir Nafsu adalah mengungkapkan sebab akibat. Ancaman bagi Dzikir Lisan adalah alpa dan senjang, maka sang penyair mengatakan :

Dialah Allah maka ingatlah Dia
Bertasbihlah dengan memujiNya
Tak layaklah tasbih melainkan karena keagunganNya
Keagungan bagiNya sebenar-benar total para pemuji
Kenapa masih ada
Pengandaian bila dzikir-dzikir hambaNya diterima?
Manakala lautan memancar, dan samudera melimpah
Berlipat-lipat jumlahnya
Maka penakar lautan  akan kembali pada ketakhinggaan
Jika semua pohon-pohon jadi pena menulis pujian padaNya
Akan habislah pohon-pohon itu, bahkan jika dilipatkan
Takkan mampu menghitungnya.
Dia ternama dengan Sang Maha Puji
Sedang makhlukNya menyucikan sepanjang hidup
Bagi kebesaranNya.

Perilaku manusia dalam berdzikir terbagi tiga:
  • Khalayak umum yang mengambil faedah dzikir.
  • Khalayak khusus yang bermujahadah
  • Khalayak lebih khusus yang mendapat limpahan hidayah.
  • Dzikir untuk khalayak umum, adalah bagi pemula demi penyucian. Dzikir untuk khalayak khusus sebagai pertengahan, untuk menuai takdir. Dan dzikir untuk kalangan lebih khusus sebagai pangkalnya, untuk waspada memandangNya.
  • Dzikir khalayak umum antara penafian dan penetapan (Nafi dan Itsbat)
  • Dzikir khalayak khusus adalah penetapan dalam penetapan (Itsbat fi Itsbat)
  • Dzikir kalangan lebih khusus Allah bersama Allah, sebagai penetapan Istbat (Itsbatul Istbat), tanpa memandang  hamparan luas dan tanpa menoleh selain Allah Ta'ala.
  • Dzikir bagi orang yang takut karena takut atas ancamanNya.
  • Dzikir bagi orang yang berharap, karena inginkan janjiNya.
  • Dzikir bagi penunggal padaNya dengan Tauhidnya
  • Dzikir bagi pecinta, karena musyahadah padaNya.
  • Dzikir kaum 'arifin, adalah DzikirNya pada mereka, bukan dzikir mereka dan bukan bagi mereka.
  • Kaum airifin berdzikir kepada Allah swt, sebagai pemuliaan dan pengagungan.
  • Ulama berdzikir kepada Allah swt, sebagai penyucian dan pengagungan.
  • Ahli ibadah berdzikir kepada Allah swt, sebagai rasa takut dan berharap pencinta berdzikir penuh remuk redam.
  • Penunggal berdzikir pada Allah swt dengan penuh penghormatan dan pengagungan.
  • Khalayak umum berdzikir kepada Allah swt, karena kebiasaan belaka.
[pagebreak] Hamba senantiasa patuh, dan setiap dzikir ada yang Diingat, sedangkan orang yang dipaksa tidak ada toleransi.

Tata cara Dzikir ada tiga perilaku :
1. Dzikir Bidayah (permulaan) untuk kehidupan dan kesadaran jiwa.
2. Dzikir Sedang untuk penyucian dan pembersihan.
3. Dzikir Nihayah (pangkal akhir) untuk wushul dan ma'rifat.
Dzikir bagi upaya menghidupkan dan menyadarkan jiwa, setelah seseorang terlibat dosa, dzikir dilakukan dengan syarat-syaratnya, hendaknya memperbanyak dzikir :
"Wahai Yang Maha Hidup dan Memelihara Kehidupan, tiada Tuhan selain Engkau."

Dzikir bagi pembersihan dan penyucian jiwa, setelah mengamai pengotoran dosa, disertai syarat-syarat dzikir, hendaknya memperbanyak :
"Cukuplah bagiku Allah Yang Maha Hidup nan Maha Mememlihara Kehidupan."

Ada tiga martabat dzikir :
Pertama, dzikir alpa dan balasannya adalah terlempar, tertolak dan terlaknat.
Kedua, dzikir hadirnya hati, balasannya adalah kedekatan, tambahnya anugerah dan keutamaan anugerah.
Ketiga, dzikir tenggelam dalam cinta dan musyahadah serta wushul. Sebagaimana dikatakan dalam syair :

Kapan pun aku mengingatMu, melainkan risau dan gelisahku
Pikiranku, dzikirku, batinku ketika mengingatMu,
Seakan Malaikat Raqib Kau utus membisik padaku
Waspadalah, celaka kamu, dzikirlah!
Jadikan pandanganmu pada pertemuanmu denganNya
Sebagai pengingat bagimu.

Ingatlah, Allah telah memberi panji-panji kesaksianNya padamu
Sambunglah semua dari maknaNya bagi maknamu
Berharaplah dengan dengan menyebut kebeningan dari segala yang rumit
Kasihanilah kehambaanmu yang hina dengan hatimu
Siapa tahu hati menjagamu

Dzikir itu sendiri senantiasa dipenuhi oleh tiga hal :
  • Dzikir Lisan dengan mengetuk Pintu Allah swt, merupakan pengapus dosa dan peningkatan derajat.
  • Dzikir Qalbu, melalui izin Allah swt untuk berdialog dengan Allah swt, merupakan kebajikan luhur dan taqarrub.
  • Dzikir Ruh, adalah dialog dengan Allah swt, Sang Maha Diraja, merupakan manifestasi kehadiran jiwa dan musyahadah.
Dzikir Lisan dan Qalbu yang disertai kealpaan adalah kebiasaan dzikir yang kosong dari tambahan anugerah.
Dzikir Lisan dan Qalbu yang disertai kesadaran hadir, adalah dzikir ibadah yang dikhususkan untuk mencerap sariguna.
Dzikir dengan Lisan yang kelu dan qalbu yang penuh adalah ketersingkapan Ilahi dan musyahadah, dan tak ada yang tahu kadar ukurannya kecuali Allah swt.
Diriwayatkan dalam hadits : "Siapa yang pada wal penempuhannya  memperbanyak membaca "Qul Huwallaahu Ahad" Allah memancarkan NurNya pada qalbunya dan menguatkan tauhidnya.

Dalam riwayat al-Bazzar dari Anas bin Malik, dari Nabi saw. Beliau bersabda :
"Siapa yang membaca surat "Qul Huwallahu Ahad" seratus kali maka ia telah membeli dirinya dengan surat tersebut dari Allah Ta'ala, dan ada suara berkumandang dari sisi Allah Ta'ala di langit-langitNya dan di bumiNya, "Wahai, ingatlah, sesungguhnya si Fulan adalah orang yang dimerdekakan Allah, maka barang siapa yang sebelumnya merasa punya pelayan hendaknya ia mengambil dari Allah swt .

Diriwayatkan pula: "Siapa yang memperbanyak Istighfar, Allah meramaikan hatinya, dan memperbanyak rizkinya, serta mengampuni dosanya, dan memberi rizki tiada terhitung. Allah memberikan jalan keluar di setiap kesulitannya, diberi fasilitas dunia sedangkan ia lagi bangkrut. Segala sesuatu mengandung siksaan, adapun siksaan bagi orang arif adalah alpa dari hadirnya hati dalam dzikir."[pagebreak]

Dalam hadits sahih disebutkan:
"Segala sesuatu ada alat pengkilap. Sedangkan yang mengkilapkan hati adalah dzikir. Dzikir paling utama adalah Laa Ilaaha Illalloh".
Unsur yang bisa mencemerlangkan qalbu, memutihkan dan menerangkan adalah dzikir itu sendiri, sekaligus gerbang bagi fikiran.
Majlis tertinggi dan paling mulia adalah duduk disertai kontemplasi (renungan, tafakkur) di medan Tauhid. Tawakkal sebagai aktifitas qalbu dan tauhid adalah wacananya.

Pintu dzikir itu tafakkur,
Pintu pemikiran adalah kesadaran.
Sedang pintu kesadaran zuhud.
Pintu zuhud adalah menerima pemberian Allah Ta'ala (qona'ah)
Pintu Qonaah adalah mencari akhirat.
Pintu akhirat itu adalah taqwa.
Pintu Taqwa ada di dunia.
Pintu dunia adalah hawa nafsu,.
Pintu hawa nafsu adalah ambisi.
Pintu ambisi adalah berangan-angan.
Angan-angan merupakan penyakit yang akut tak bias disembuhkan.
Asal angan-angan adalah cinta dunia.
Pintu cinta dunia adalah kealpaan.
Kealpaan adalah bungkus bagi batin qalbu yang beranak pinak di sana.

Tauhid merupakan pembelah, di mana tak satu pun bisa mengancam dan membahayakannya. Sebagaimana  dinkatakan :
"Dengan Nama Allah,  tak ada satu pun di bumi dan juga tidak di langit yang membahayakan, bersama NamaNya. Dan Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Tauhid paling agung, esensi, qalbu dan mutiaranya adalah Tauhidnya Ismul Mufrad  (Allah) ini, menunggalkan dan mengenalNya.
Sebagian kaum 'arifin ditanya mengenai Ismul A'dzom, lalu menjawab, "Hendaknya anda mengucapkan: Allah!", dan anda tidak ada di sana.
Sesungguhnya orang yang berkata "Allah", masih ada sisa makhluk di hatinya, sungguh tak akan menemukan hakikat, karena adanya hasrat kemakhlukan.

Siapa pun yang mengucapkan "Allah" secara tekstual (huruf) belaka, sesungguhnya secara hakikat dzikir dan ucapannya tidak diterima. Karena ia telah keluar (mengekspresikan) dari unsur, huruf, pemahaman, yang dirasakan, simbol, khayalan dan imajinasi.  Namun Allah swt, ridlo kepada kita dengan hal demikian, bahkan memberi pahala, karena memang tidak ada jalan lain dalam berdzikir, mentauhidkan, dari segi ucapan maupun perilaku ruhani kecuali dengan menyebut Ismul Mufrad tersebut menurut kapasitas manusia dari ucapan dan pengertiannya.

Sedangkan dasar bagi kalangan khusus yang beri keistemewaan dan inayah Allah swt dari kaum 'arifin maupun Ulama ahli tamkin (Ulama Billah) Allah tidak meridloi berdzikir dengan model di atas. Sebagaimana firmanNya :
"Dan tak ada yang dari Kami melainkan baginya adalah maqom yang dimaklumi."

Sungguh indah apa yang difirmankan. Dan mengingatkan melalui taufiqNya pada si hamba, memberikan keistemewaan pada hambaNya. Maka nyatalah Asmaul Husna melalui ucapannya dan dzikir pada Allah melalui dzikir menyebut salah satu AsmaNya.
Maka, seperti firmanNya "Kun", jadilah seluruh ciptaan semesta, dan meliputi seluruh maujud.

Siapa yang mengucapkan "Allah" dengan benar bersama Allah, bukan disebabkan oleh suatu faktor tertentu, namun muncul dari pengetahuan yang tegak bersamaNya, penuh dengan ma'rifat dan pengagungan padaNya, disertai penghormatan yang sempurna dan penyucian sejati, memandang anugerah, maka ia benar-benar mengagungkan Allah Ta'ala, benar-benar berdzikir dan mengagungkanNya dan mengenal kekuasaanNya.

Sebab, mengingat Allah dan mentauhidkanNya adalah RidloNya terhadap mereka bersamaNya, sebagaimana layakNya Dia Yang Maha Suci.

Ma'rifat itu melihat, bukan mengetahui. Melihat nyata, bukan informasi. Menyaksikan, bukan mensifati. Terbuka, bukan hijab. Mereka bukan mereka dan mereka tidak bersama mereka dan tidak bagi mereka. Sebagaimana firmanNya :
"Nabi Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat kepadanya." (Az-Zukhruf: 59)
"Dan jika Aku mencintainya, maka Akulah Pendengaran baginya, Mata dan tangan dan Kaki baginya."

Bagiamana jalan menuju padaNya, sedang ia disucikan
Dari aktivitas keseluruhan dan bagi-bagi tugas?
Demi fana wujud mereka, karena WujudNya
Disucikan dari inti dan pecahan-pecahannya?
Tak satu pun menyerupaiNya, bahkan mana dan bagaimana
Setiap pertanyaan tentang batas akan lewat
Dan diantara keajaiban-keajaiban bahwa
WujudNya di atas segalanya dan sirnanya pangkal penghabisan.